monroe
They are different. Itulah pandangan sebagian orang terhadap anak autis. Autisme adalah kelainan perkembangan sistem syaraf seseorang berupa gangguan pada otak. Sudah semestinya pemikiran tersebut diluruskan dengan mengetahui fakta-fakta dari penyakit tersebut.
Berikut adalah beberapa fakta penting yang harus diketahui mengenai autisme,
- Bisa Dideteksi Sejak Dini
Fakta tentang autis memang cukup membuat orang terheran-heran. Banyak anak yang berusia dibawah 18 bulan sudah didiagnosis mengalami gangguan spectrum autisme (ASD). Namun, sebagian besar anak lain juga dapat didiagnosis ketika anak berusia lebih dari 2 tahun atau 24 bulan.Seorang Kepala Staff di Autisme Science Foundation di New York berpendapat bahwa jika anak-anak yang berusia dua tahun dan mempunyai masalah pada interaksi sosial mereka, bisa menjadi faktor penentu diagnosis autism awal pada anak. Sampai saat ini, tidak ada tes medis yang dapat mencari tahu apakah seseorang mengidap autisme atau tidak. Pada dokter yang memeriksa perilaku anak melalui perkembangan mereka dan mengecek pendengaran, penglihatan dan juga neurologisnya agar dapat mengetahui adanya gangguan autis atau tidak. Fakta lain, sebenarnya autisme dapat dengan cepat dan tepat ditangani jika orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sebelum usianya 3 tahun.
Karena gejala autisme dapat dideteksi ketika anak berusia 6 bulan. Sehingga memudahkan untuk mencegah penyakit ini pada anak. Deteksi dan juga terapi sedini mungkin akan dapat menjadikan penderita lebih dapat menyesuaikan diri dengan yang normal. Meskipun harus melakukan terapi selama seumur hidup, namun sebenarnya para penderita merupakan anak yang cukup cerdas, sehingga dapat mengikuti sekolah umum bahkan menjadi sarjana sekalipun
- Gejala Yang Berbeda-Beda
Faktanya, gejala gangguan spektrum autisme berbeda-beda, ada yang parah dan ada yang tidak. Namun, secara umum gejala autisme menyerang kemampuan berkomunikasi dan juga berinteraksi sosial. Sehingga para penderita lebih sering menyendiri dibanding harus main dengan teman sebaya mereka. Bagi anak-anak yang menderita gejala ini memiliki kebiasaan yang suka mengulang beberapa gerakan dan perilaku, menghindari kontak mata lawan bicaranya atau bisa juga terobsesi dengan mainan tertentu.
Tentunya, gejala autisme sangat bisa diperhatikan orang tua. Jika melihat Anak mengalami perilaku sensitive terhadap suara, tidak menganggapi ucapan lawan bicara atau bahkan tidak tertarik pada objek yang menarik. Jika penderitanya mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, berkomunikasi, dan juga melakukan tingkah laku secara berulang, maka Sindrom Asperger hampir menyerupai itu. Yang membedakan, pengidap Sindrom Asperger mempunyai kemampuan linguistic dan kognitif yang normal, atau bahkan mempunyai IQ yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan autisme lain. Walaupun kesulitan dalam hal berkomunikasi juga sama dideritanya.
- Pengidap Autis Lebih Banyak Anak Laki-Laki
Faktanya lebih banyak anak laki-laki yang mengalami gangguan spectrum autisme dibandingkan dengan anak perempuan. Menurut data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2011, terdapat sedikitnya 6 dari 1000 orang yang mengidap autisme. Sedangkan di Indonesia sendiri, rentang usia 5 sampai 19 tahun terdapat lebih dari 112.000 anak yang mengidap penyakit ini, dimana jumlah tersebut sangat besar.
Ada pula mitos yang mengataskan bahwa anak laki-laki yang berasal dari ras kulit putih lebih sering mengidap penyakit ini. Tentu saja mitos tersebut belum tentu benar. Karena faktanya, semua ras, suku dan usia juga dapat mengalami gangguan spectrum autism.
Karakteristik penderitanya yang paling menonjol adalah kesulitan dalam membina hubungan sosial, kesulitas berkomunikasi secara normal dan juga kesulitan dalam memahami emosi maupun perasaan orang lain. Kebanyakan, masyarakat sering manganggap bahwa autisme adalah salah satu penyakit kejiwaan.
- Imunisasi Tidak Menyebabkan Autisme
Banyaknya kabar yang beredar bahwa autisme disebabkan oleh suntik vaksin atau imunisasi. Namun hal tersebut sama sekali tidak dibenarkan. Sebut saja thimerosal sebagai bahan vaksin lain yang pernah meningkatkan resiko autisme pada anak.
Namun pada akhirnya, penelitian tentang bahan vaksin tersebut dianggap cacat dan tidak valid. Sehingga tidak ditemukan bukti yang pasti antara vaksin dengan autisme yang saling berkaitan. Bahkan, penelitian lanjutan yang sudah dilakukan secara konsisten malah menemukan vaksin yang terbukti aman untuk kesehatan anak dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan autisme.
- Autisme Dapat Disembuhkan
Autisme sebenarnya bisa disembuhkan dengan penanganan yang tepat dan juga melakukan terapi. Untuk terapi yang dapat dilakukan adalah terapi berbicara, bermain, sensory integration therapy, auditory integration theraphy dan lain-lain. Penanganan autisme dapat dilakukan dengan membantu anak agar lebih peka dalam bersosialisasi dan juga berkomunikasi, selain itu agar terhindar dari tingkah laku yang sering berulang.
Faktanya, di Indonesia, penderita penyakit ini belum ditangani secara maksimal. Banyak masyarakat yang masih kebingungan apa yang harus dilakukan, harus kemana untuk berkonsultasi, dan juga harus bagaimana dalam memperlakukan pengidapnya. Sehingga inilah yang menyebabkan anak yang menderita penyakit ini mengalami kesulitan bersosialisasi karena sering dijauhi.
Nah, informasi diatas adalah sebagian fakta menarik dari autisme yang harus diketahui. Namun demikian, tidak hanya bagi orang tua, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia seharusnya lebih peka lagi terhadap penderita autisme. Karena mereka juga perlu untuk bersosialisasi seperti manusia normal pada umumnya. Meski termasuk anak berkebutuhan khusus, namun juga mempunyai kelebihan yang sangat luar biasa.
