Hal tentang Primbon Jawa – Sebelum ke pembahasan 5 Hal tentang Primbon Jawa ini unik dan menarik, alangkah baiknya mengenal apa itu Primbon Jawa. Javanese people have their own special book called Primbon. Primbon Jawa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kitab atau buku yang berisikan ramalan, yang merangkum berbagai pengetahuan ke jawaan. Saat ini kitab atau buku Primbon Jawa disimpan oleh pemerintah dengan pengelolaan koleksi melalui Perpustakaan Nasional. Berikut ini ada 5 hal tentang Primbon Jawa ini unik dan menarik yang harus diketahui.
-
Perjalanan Hidup Manusia – Hal tentang Primbon Jawa yang dipercayai oleh masyarakat khususnya daerah jawa sejak dulu
Pengertian Primbon Jawa secara umum adalah warisan leluhur jawa yang mengajarkan relasi antara kehidupan manusia dan alam semesta. Primbon Jawa dipercayai oleh masyarakat khususnya daerah jawa sejak dulu. Isi dalam kitab atau buku Primbon Jawa ini berisikan tentang perhitungan, ramalan nasib, sifat pada seseorang dengan hanya melihat dari fisik saja.
5 hal tentang primbon jawa ini unik dan menarik yang pertama adalah perjalan hidup manusia, Primbon Jawa berisikan penjelasan tentang perjalanan hidup manusia dari bayi hingga dewasa. Setiap tingkatan perjalan hidup manusia biasanya akan diadakan upacara tertentu. Contohnya seperti saat bayi lahir akan diadakan acara selamatan yang biasa disebut orang jawa brokohan. Selanjutnya akan diadakan upacara sunatan bagi anak-anak yang berjenis kelamin pria.
Perjalanan hidup selanjutnya ialah pernikahan. Pernikahan dianggap sangat sakral sehingga upacara yang diadakan begitu rumit. Selanjutnya mengenai kematian, saat kematian juga akan diadakan upacara contohnya seperti acara selamatan yang diselenggarakan pada malam-malam tertentu.
-
Kepribadian Manusia – Hal tentang Primbon Jawa ini berisikan penjelasan tentang kepribadian manusia
5 hal tentang primbon jawa ini unik dan menarik yang kedua adalah tentang kepribadian manusia, primbon jawa berisikan penjelasan tentang kepribadian manusia. Kepribadian manusia menurut kitab atau buku primbon jawa ini bisa dilihat dari tanggal lahir orang tersebut, meski tidak dipastikan kebenarannya.
Dalam adat hitungan masyarakat jawa, hari tidak hanya senin atau selasa, masyarakat jawa mempunya hari yang dinamai embel-embel pasaran yang memiliki 5 jenis yaitu: Legi, Pahing, Pon, Wage, Kiwon. Dengan adanya 7 hari dan 5 hari pasaran menghasilkan 35 hari yang sering mereka sebut dengan sepasar.
Contoh kepribadian manusia menurut hitungan jawa ialah seseorang lahir hari jumat Pon, maka kepribadian baik yang dimiliki orang tersebut adalah rileks atau santai, bijaksana, berjiwa sosial, jujur, mudah mengenal lingkungan baru. Namun kepribadian buruk yang dimilikinya adalah kurang percaya diri dan gampang terbawa perasaan. Namun bisa dipastikan kepribadian manusia menurut hari di kitab primbon jawa tidak dipastikan kebenarannya.
-
Tanda-tanda Kejadian Alam – Hal tentang Primbon Jawa ini dijadikan primbon sebagai buku ramalan saat terjadi bencana alam besar
Pembahasan ketiga adalah tanda-tanda kejadian alam, primbon jawa berisikan penjelasan mengenai tanda-tanda kejadian alam yang akan terjadi kedepannya. Masyarakat jawa menjadikan primbon sebagai buku ramalan saat terjadi bencana alam besar.
Contohnya seperti bencana alam gempa bumi, jika gempa bumi terjadi pada siang hari maka dalam buku primbon dijelaskan jika terjadi bencana alam gempa bumi sebelum pukul 12 siang merupakan pertanda bahwa negera tersebut akan terjadi banyak kerusuhan. Contoh lainnya seperti gerhana matahari atau gerhana bulan dijadikan sebagai pedoman untuk ramalan buku primbon.
Ramalan tersebut akan menunjukkan akan adanya bencana yang sangat susah. Dipercaya atau tidak ramalan buku primbon mengenai tanda-tanda kejadian alam kebanyakan tepatnya.
-
Hari yang Baik dan Hari yang Tidak Baik – Hal tentang Primbon Jawa ini digunakan agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan
Berikutnya adalah hari yang baik dan hari yang tidak baik, masyarakat jawa memercaya hari baik dan hari yang tidak baik. Saat hari baik, banyak acara-acara besar seperti pernikahan, sunatan, membangun rumah dan sebagainya akan banyak diselenggarakan. Karena melakukan hal tersebut di hari baik dipercaya rezeki akan datang dengan melimpah.
Rumah yang dibangun di hari baik akan membuat penghuni rumah nyaman dan terhindar dari masalah. Sebaliknya di hari yang tidak baik masyarakat jawa percaya terhadap larangan melakukan aktivitas besar. Saat hari itu terjadi masyarakat jawa mempercayai untuk tetap di rumah agar terhindar dari hal-hal yang tidak baik.
Contohnya seperti pernikahan yang adakan pada hari yang tidak baik akan membuat keluarga tak harmonis dan rezeki sangat seret. Itulah penyebabnya memperhitungkan hari baik dan hari yang tidak baik bagi masyarakat jawa sangat penting. Kitab atau buku primbon menjelaskan secara detail dan cara penerapan di kehidupan.
-
Penanggalan Tentang Musim – Hal tentang Primbon Jawa ini masih digunakan meski hanya beberapa kelompok orang saja
Terakhir ialah penanggalan tentang musim, dalam kitab atau buku primbon jawa berisikan penjelasan tentang penanggalan tentang musim. Masyarakat jawa menggunakan kitab atau buku primbon ini untuk melihat kapan saja waktunya bercocok tanam bagi petani, waktunya melaut bagi nelayan hingga bersedia untuk menghadapi musim yang tidak baik bagi masyarakat jawa.
Seperti kalender yang digunakan orang-orang, penanggalan tentang musim juga berisi 12 musim dimana setiap musimnya diberikan penjelasan yang sangat mendetail. Kitab atau buku primbon jawa tentang penanggalan tentang musim telah terjadi sejak abad ke-9 hingga ke-17 masehi. Di era modern sekarang perhitungan penanggalan tentang musim masih digunakan meski hanya beberapa kelompok orang saja.
Baca juga:
- 7 Keunggulan Orang Papua yang Tidak Dimiliki Suku Lain
- 5 Fakta Persiapan Jika Ibu Kota Pindah ke Kalimantan
Itulah 5 hal tentang primbon jawa ini unik dan menarik, primbon jawa merupakan kitab atau buku ramalan dalam memperhitungkan sesuatu kedepannya, namun tidak bisa dipastikan benar terjadi atau tidaknya. Kembali kepada diri masing-masing untuk mempercayainya atau tidak. Intinya, semua kebudayaan memang harus dilestarikan. Tetapi kita juga harus menggunakan logika dan tidak terpaku sepenuhnya terhadap mitos semata.