Filosofi Burung Garuda – Kita sering menemui burung garuda dimana-mana sebagai lambang kebangsaan negara kita, namun tahukah Anda apa saja filosofi dan sejarah yang tersimpan pada burung ini? We are not fully a good citizen before knowing the history, right? Supaya kita tidak terlalu buta sejarah, simak sebelas filosofi burung garuda berikut ini berdasarkan sejarah yang ada.
-
Burung Garuda Dalam Mitologi Indonesia – Filosofi Burung Garuda ini berasal dari sebuah mitologi yang menceritakan tentang Burung Garuda
Rupanya baik Burung Garuda maupun sekumpulan kisah mitologi Indonesia erat kaitannya dengan burung elang rajawali. Mengapa bisa dikatakan beberapa burung ini erat kaitannya degan mitologi Indonesia?
Rupanya beberapa burung ini telah dilukiskan di beberapa candi bersejarah di Indonesia seperti Candi Prambanan, Candi Dieng, dan Candi Penataran.
-
Lukisan Burung Garuda – Filosofi Burung Garuda yang terdapat sebuah bukti artefak dari burung ini
Berkaitan dengan poin sebelumnya, Burung Garuda ini digambarkan sebagai seorang manusia. Bedanya, burung ini dilukiskan menjadi manusia yang memiliki sayap. Gambaran ini bisa Anda temui di Candi Prambanan.Ditemui di Candi Prambanan, rupanya gambaran ini tidak akan Anda temui di candi lain. Telah diketahui beberapa candi di Jawa Timur menggambarkan burung ini seperti burung yang memiliki paruh, cakar, seperti raksasa, dan memiliki rambut yang panjang.
-
Burung Garuda Adalah Sebuah Materai – Filosofi Burung Garuda ini dijelaskan bahwa Raja yang memakai burung ini sebagai materai
Burung Garuda rupanya memiliki filosofi menarik berdasarkan catatan sejarah. Di Museum Nasional Jakarta Anda akan menemui sebuah barang sejarah yang terkait dengan burung Garuda ini.
Disana telah dijelaskan bahwa dulunya Raja Erlangga menggunakan garuda sebagai materai di kerajaannya. Materai ini diberi nama Garudamukha. Pada saat itu raja-raja di nusantara kita ini telah banyak menggunakan lambang tersebut, bahkan lambang ini juga telah diketahui oleh bangsa barat.
-
Burung Garuda dan Kaisar Jawa – Filosofi Burung Garuda ini terdapat pada sebuah buku yang membuktikan hal ini
Ada sebuah buku yang menjelaskan bahwa lambang Kaisar Jawa berupa seekor burung. Burung ini berupa burung phoenix yang terletak di atas api unggun.Buku yang menjelaskan hal ini adalah buku berjudul Des Conard Gruenberg, Volibrratham muenden des Abrelien do man zaelt vier hundert drue und achtzig jar yang mana terbit pada tahun 1453
-
Burung Garuda dan Semboyan – Filosofi Burung Garuda ini berkaitan dengan sebuah semboyan yang masih eksis sampai sekarang
Sebagai warga negara Indonesia pastinya Anda sudah mengenal semboyan Bhineka Tunggal Ika bukan? Ya, arti dari semboyan ini adalah berbeda-beda tetapi satu jua.
Semboyan ini berasal dari Kitab Sutasoma yang mana pada pasal 5 telah dijelaskan bahwa Ika bukan berarti kata Itu, kata ini hanya menunjukkan arti “itu” saja. telah diketahui juga bahwa Kitab Sutasoma telah ada sejak abad ke 14. Saat itu, semboyan ini digunakan oleh Mpu Tantular untuk menjelaskan sebuah paham.
Paham tersebut berupa paham Sinkretis yang menengahi paham Budhisme dan Hinduismedan. Pada saat itu paham ini sangat melekat dengan apa yang terjadi pada zaman abad ke 14.
-
Time Line Burung Garuda Menjadi Lambang Negara – Filosofi Burung Garuda yang waktu dimulainya burung ini resmi menjadi lambang negara
Meskipun Burung Garuda telah digunakan sebagai lambang oleh raja-raja di nusantara dulu, namun burung garuda belum sepenuhnya resmi menjadi lambang di negara ini. Burung Garuda resmi menjadi lambang negara pada suatu waktu. Tepatnya pada tangal 17 Oktober 1951.
Namun demikian lambang ini sudah berlaku pada tanggal 17 Agustus di tahun 1950, setahun lebih cepat. Resminya lambang ini dibuktikan pada Peraturan Pemerintah Nomor 66.
-
Pencipta Lambang Burung Garuda – Filosofi Burung Garuda ini Keterangan lebih tentang sosok yang menciptakan lambang negara ini
Apakah Anda juga bertanya-tanya siapa yang menciptakan burung garuda sebagai lambang negara ini? Burung garuda memang telah menjadi lambang sejak dahulu kala, namun bentuk dan desainnya tak sama seperti yang sekarang ini.
Lambang Burung Garuda untuk Negara Republik Indonesia ini diciptakan oleh Sultan Hamid II. Sultan Hamid II saat itu diposisi sebagai Ketua Panitia Lencana Negara. Kabinet yang ia naungi saat itu adalah Republik Indonesia Serikat.
-
Arti Burung Garuda – Filosofi Burung Garuda yang dimaknai pada lambang negara
Burung Garuda tak asal-asalan dipilih sebagai lambang negara. Tentu ada pertimbangan yang matang sehingga raja-raja terdahulu memilih burung ini. rupanya Burung Garuda dimaknai sebagai kekuatan.
-
Makna Bentuk dan Properti Lain di Burung Garuda – Filosofi Burung Garuda ini menjelaskan bahwa Burung Garuda tak hanya sendirian di lambang negara, inilah makna lainnya
Jika melihat lambang negara kita ini, pasti Anda tak hanya melihat Burung Garuda saja bukan? Ada beberapa properti yang menyertainya yang mana rupanya juga memiliki arti.
Ada sebuah warna emas yang menyertai Burung Garuda, warna ini diartikan sebagai kejayaan bangsa Indonesia. Kemudian ada perisai yang berada di tubuh Burung Garuda. Perisai ini dimaknai sebagai pertahanan negara kita.
-
Makna Properti di Perisai Burung Garuda – Filosofi Burung Garuda ini terdapat makna lain yang perlu kita tahu
Pada perisai yang berada di badan Burung Garuda ada lima gambar berbeda yang memiliki arti yang berbeda-beda pula. Gambar-gambar ini berupa ikon untuk masing-masing sila di Pancasila.Gambar bintang diartikan sebagai ketuhanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, rantai berarti kemnusiaan, pohon beringin berarti persatuan. Kepala banteng dimaknai sebagai kerakyatan serta bunga padi dan kapas yang dimaknai keadilan sosial.
-
Filosofi Tubuh Burung Garuda – Filosofi Burung Garuda ini terdapat berbagai makna dibalik detail yang ada
Burung Garuda memiliki sayap yang berjumlah 17 menandakan tanggal kemerdekaan negara kita. Bulu ekor berjumlah 8 yang mana merupakan bulan kemerdekaan serta ada bulu di bawah perisai berjumlah 19 dan bulu di leher yang berjumlah 45.
Baca juga:
Itulah sebelas filosofi dari Burung Garuda yang harus kita ketahui. Tak hanya berupa filosofi saja, filosofi tersebut juga hadir dari sejarah yang ada.