Dengan adanya Olahraga Badminton di Indonesia menorehkan sejarah yang panjang dan penuh liku. Pada awal, bergabung bersama IBF (International Badminton Federation) pertama kali pada tahun 1953, secara perlahan Indonesia mulai bangkit membangun reputasi. Bukan merupakan hal yang aneh lagi bagi Indonesia yang banyak mencetak juara di ajang internasional!
Bagi anda yang gemar mengikuti perjalanan bulu tangkis Indonesia pasti masih mengingat secara jelas kemenangan di final Thomas Cup 2002. Hendrawa, yang saat ini menjadi pelatih tunggal putra Malaysia, Lee Chong We, menjadi penentu piala Thomas kembali ke pangkuan bumi pertiwi, setelah sebelumnya kita sudah memenangkannya empat kali berturut-turut.
Semua orang saling berpelukan dan bersorak gembira. Dan berlinang airmata, Hendrawan dipanggul ke atas bahu rekan-rekan tim Thomas Indonesia sebelum diarak bak pahlawan mengelilingi lapangan. Indonesia pernah memegang supremasi bulu tangkis dunia.
Inilah! 7 hal mengapa Indonesia Cinta Mati dengan Badminton, dan kenapa kita harus mengenal dan mencintainya?
- Indonesia Berutang Pada Badminton
Olahraga bulu tangkis atau Badminton terbukti mampu menoreh nama Indonesia dengan tinta emas melalui sumbangan prestasi terbanyak bagi negeri dibanding sektor olahraga lain. Termasuk diantaranya emas Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.Atlet-atlet kita ditakuti dan pertandingan-pertandingan mereka direkam untuk dijadikan bahan ajar oleh negara lawan. Walaupun prestasinya sempat naik-turun, bulu tangkis Indonesia masih menjadi yang terbaik di dunia; mencoba mematahkan dominasi China dan kembali merebut kejayaan para pendahulu.
- Atlet-atlet Yang Berprestasi
Daftar panjang atlet bulu tangkis Indonesia yang berprestasi di tingkat dunia jelas tak akan cukup ditulis di sini. Namun, sedikit tentang nama-nama singkat pemain terbaik Indonesia. 3 Atlet terbaik di era 70-80an yaitu Rudy Hartono, Liem Swie King, dan Christian Hadinata; diikuti angkatan Alan Budikusuma dan Susi Susanti, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Halim Haryanto/Tony Gunawan; Taufik Hidayat; Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan; sampai Markus Gideon/Kevin Sukamuljo, Jonathan Christie, dan Anthony Ginting yang kini menjadi idola baru setelah berlaga pada Asian Games 2018.
- Mencintai Badminton Berarti Berjiwa Patriot
Bendera merah putih yang menjadi kebanggaan kita dapat berkibar di luar Indonesia kalau bukan karena adanya kunjungan Presiden/ acara kenegaraan; berarti kita menjadi juara di pertandingan tingkat dunia. Bulu tangkis boleh dikatakan sering memungkinkan hal ini terjadi. Para pemain tidak hanya membawa nama mereka sendiri dalam pertarungan, tapi juga tanggungjawab agar Indonesia menjadi kebanggaan. Sebagai penonton setia, kita bahkan tak perlu meneteskan peluh setetes pun. Akan tetapi kita bisa ikut menikmati kebahagiaan yang sama besar seperti yang dirasakan para atlet seusai meraih kemenangan. Dan Momen yang paling khidmat yang bisa kita temukan saat kemenangan prestisius diraih Indonesia di ajang Olimpiade, Kejuaraan Dunia, hingga Asian Games: sang saka merah-putih dikibarkan diiringi lagu Indonesia Raya, para atlet dan seluruh penonton di Indonesia dengan sikap hormat dan airmata berkumpul di pelupuk turut menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh penghayatan dan rasa bangga tak tertahankan, memanggil nasionalisme.
- Badminton Sebagai Pelipur Lara
Siapa yang tidak ingat dengan kerusuhan Mei 1998 itu merupakan mimpi terburuk yang tak diharapkan akan terwujud bagi siapapun. Ketika golongan minoritas yakni etnis Tionghoa menjadi sasaran amuk massa di berbagai kota; mereka diburu, diusir, hartanya dijarah, rumah mereka dibakar, banyak orang mati sia-sia.Di waktu yang sama di belahan bumi lain, Tim Indonesia tengah mengikuti Thomas dan Uber Cup di Shanghai. Banyak pemain kita yang berasal dari etnis Tionghoa. Saat kerusuhan terjadi, mereka tetap bertanding sepenuh hati meski harus gelisah mengkhawatirkan keselamatan keluarga mereka di tanah air. Tidak banyak menarik perhatian badminton Indonesia melenggang memperoleh prestasi-prestasi brilian, menjadi satu-satunya hiburan berkualitas di TV, bagi mereka yang peduli pada masa depan negeri.
- Badminton adalah Simbol Persatuan dan Perdamaian
Bulu tangkis merupakan duta bagi persatuan dan perdamaian di Indonesia. Dari pemain hingga pendukung atau penontonya, kita semua bulat satu suara atas nama Indonesia. Tidak memandang latar belakangmu baik itu ras, etnis, agama, sampai warna kulit, badminton tak akan rasis mengkotak-kotakkan siapapun ke dalam kategori berbeda.
- Permainan Segala Kalangan
Permainan badminton tidak hanya dilakukan di stadium megah, permainan badminton sangat mudah dijumpai di mana saja dalam situasi apapun. Mulai dari lapangan yang sudah disediakan untuk bermain bulutangkis, pekarangan rumah yang dijadikan tempat kondangan kawinan, atau gang – gang agak gede di wilayah perkotaan. Pemainnya pun berasal dari berbagai kalangan. Siapapun dapat memainkanya dari anak – anak kecil yang tak jarang mengakhiri permainan dengan shuttlecock berada di atas genteng tetangga, ataupun orang dewasa yang bergaya bak pemain profesional.
- Antusias Masyarakat Sangat Tinggi
Seperti halnya tim basket favorit sekolah yang selalu dipuja dan disambut meriah pada setiap pertandingan, begitupun halnya badminton bagi masyarakat Indonesia. Di setiap pertandingan, masyarakat selalu riuh bersemangat mendukung tim Indonesia. Perhatikan saja saat terdapat pertandingan, stadion pertandingan dijamin pasti ramai dengan pendukung yang berperalatan lengkap. Terlebih ketika juara, euforia akan semakin ramai bahkan sampai dijadikan arak-arakan seperti kasus pahlawan ganda campuran kita tahun lalu.
Itulah 7 hal mengapa Indonesia cinta mati dengan badminton, setelah membaca artikel diatas di kita sebagai warga Indonesia harus selalu mendoakan semoga Semesta berkenan merestui tanah tumpah darah kita harum namanya di puncak dunia dalam berbagai olahraga baik itu badminton maupun olahraga yang lain. Menjadikan Indonesia pusaka abadi nan jaya seutuhnya, tanpa ada label bumiputera, tanpa ada label keturunan. Hanya ada KITA. Bahwa KITA adalah SATU. KITA, INDONESIA.