Komposisi kabinet periode 2019 – 2024 ini memang cukup unik. Ada sejumlah nama – nama yang cukup menarik perhatian. Salah satunya adalah Menteri Pertahanan Indonesia ke-26, yaitu Prabowo Subianto.
Nama Prabowo Subianto sudah sering mewarnai berbagai berita dan sejarah Indonesia. Dia adalah seorang Letnan Jenderal TNI dengan masa dinas sejak 1974 – 1998. Selain sebagai perwira tinggi militer, Prabowo juga seorang politisi dan pengusaha.
Kehidupan Prabowo Subianto
Prabowo lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951 dan merupakan anak ketiga dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar atau Dora Soemitro. Ayahnya adalah seorang pakar ekonomi dan politisi Partai Sosialis Indonesia.
Kakeknya, Margono Djojohadikusumo adalah pendiri Bank Negara Indonesia juga ketua Dewan Pertimbangan Agung pertama. Kabarnya, keluarga Djojohadikusumo adalah keturunan Raden Tumenggung Kertanegara, panglima lascar Pangeran Diponegoro di wiliayah Kedu.
Masa hidup Prabowo lebih sering dihabiskan di luar negeri. Khususnya setelah ayahnya dikabarkan terlibat dalam menentang presiden Soekarno dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat.
Prabowo menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Malaysia. Lalu ke Zurich International School di Zurich, Swiss. Dan di The American School, London, Inggris.
Setelah kejatuhan Soekarno, dan naiknya Soeharto, keluarga Soemitro pun bisa kembali di Indonesia. Kemudian Prabowo masuk ke Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah.
Karir Militer Prabowo Subianto
Prabowo memulai karir militernya di TNI Angkatan Darat pada tahun 1974. Setelah lulus dari Akademi Militer, ia bergabung dalam TNI sebagai Letnan Dua. Kemudian di tahun 1976 – 1985, Prabowo ditugaskan di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Sebuah pasukan khusus Angkatan Darat yang ada pada saat itu.
Tugas pertamanya ialah menjadi komandan pleton pada Grup I/Para Komando pada operas Tim Nanggala di Timor Timur. Prabowo yang berusia 26 tahun adalah salah satu komanda pleton paling muda pada operasi tersebut.
Di tahun 1985, Prabowo menjadi wakil komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 (Yonif Para Raider 328 / Dirgahayu). Dua tahun kemudian, setelah menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Prabowo diangkat menjadi komandan batalyon. Posisi ini ia pegang selama 3 tahun.
Tahun 1991, Prabowo menjabat sebagai kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 (Brigif Para Raider 17 / Kujang I). Pada saat itu, Prabowo telah memiliki pangkat letnan colonel. Ia juga terlibar dalam operasi penangkapan Xanana Gusmao, salah satu pemimpin gerilyawan Fretilin.
Tahun 1993, Prabowo kembali ke pasukan khusus yang dinamai Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Ia pun diangkat sebagai komandan Grup 3 / Sandi Yudha. Di tahun 1995, ia menjadi komandan jenderal Kopassus dan memiliki pangkat mayor jenderal.
Pada 26 April 1997, tim pendaki Indonesia yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI berhasil mencapai puncak Gunung Everest dan mengibarkan bendera Merah Putih. Pada pendakian tersebut, Prabowo berperan sebagai Komandan Jenderal Kopassus.
20 Maret 1998, Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Pengangkatan ini terjadi 10 hari sebelum MPR menetapkan Soeharto sebagai presiden untuk periode kelima. Kondisi yang dianggap tidak kondusif menyebabkan Prabowo memberikan perintah yang kemudian hari menjadi kontroversi.
Pemberhentian Prabowo dari Militer
Pada 14 Juli 1998, Panglima ABRI membentuk Dewan Kehormatan Perwira dan memeriksa Prabowo atas tujuh butir tuduhan, beberapa di antaranya adalah:
- Sengala melakukan kesalahan dalam analisis tugas
- Melaksanakan dan mengendalikan operasi dalam rangka stabilitas nasional yang bukan menjadi wewenangnya, tetapi menjadi wewenang Pangab
- Tidak melibatkan staf organic dalam prosedur staf, pengendalian, dan pengawasan
- Sering ke luar negeri tanpa ijin dari Kasad ataupun Pangab
Dalam pemeriksaan tersebut, Prabowo menggunakan haknya sebagai tawanan perang yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa dan menolak untuk bicara. Pada akhirnya, Prabowo diadili berdasarkan KUHP dan KUHP Militer. Dalam putusan tersebut, diputuskan Prabowo melakukan tidak pidana sebagai berikut:
- TIndak pidana ketidakpatuhan (pasal 103 KUHPM)
- Memerintahkan perampasan kemerdekaan orang lain (pasal 55 (1) ke-2 KUHPM dan pasal 333 KUHP)
- Penculikan (pasal 55 (1) ke-2 dan pasal 328 KUHP)
Pada awalnya, pemberhentian Prabowo ingin dilakukan menggunakan kata “pemecatan”, tapi akhirnya diganti dengan “pemberhentian dari dinas keprajuritan”. Pengubahan kata ini dilakukan mempertimbangkan status Prabowo sebagai menantu mantan presiden.
Karier Bisnis Prabowo Subianto
Prabowo memiliki dan memimpin 27 perusahaan di Indonesia dan luar negeri. Karir bisnis ini ia geluti seusai ia berhenti dari karir militernya. Karirnya dimulai dengan membeli Kiani Kertas, sebuah perusahaan pengelola pabrik kertas di Kalimantan Timur.
Perusahaan Kiani Kertas sebelumnya dimiliki oleh Bob Hasan. Kiani Kertas dibeli oleh Prabowo dengan uang pinjaman sebesar 1,8 triliun dari Bank Mandiri. Setelah dibeli, perusahaan ini pun berganti nama menjadi Kertas Nusantara dan tergabung dalam Nusantara Group.
Selain Kertas Nusantara, Prabowo juga memiliki PT Tidar Kerinci Agung, PT Nusantara Energy, PT Jaladri Nusantara, dan lain – lain. Sebagian besar perusahaan yang dimiliki Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara.
Karir Politik Prabowo Subianto
Karir politik Prabowo dimulai sejak ia mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Golkar. Namun perolehan suaranya masih kalah dari Wiranto. Kemudian ia bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon, Muchdi Purwoprandjono, dan sederetan nama lain mendirikan Partai Gerindra. Prabowo menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina DPP.
Kemudian Prabowo ikut mencalonkan diri pada Pemilu 2009 sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri. Namun pasangan ini kalah telak dengan pasangan SBY – Boediono. Pemilu 2014, Prabowo kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden namun masih kalah dengan Joko Widodo yang saat itu menjadi rivalnya.
Dan pada 23 Oktober 2019, Prabowo dilantik menjadi Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju periode 2019 – 2024.
Baca juga:
- Daftar 38 Menteri Kabinet Baru Indonesia 2019-2024
- Nadiem Makarim: CEO Gojek Yang Menjadi Mendikbud
- 8 Aksi Memukau Jean Claude Van Damme
Nah, itulah sosok Prabowo Subianto yang saat ini menjadi Menteri Pertahanan Indonesia.