Keluarga broken home – setiap orang pasti menginginkan keluarga yang harmonis. Keluarga yang bisa saling mendukung dan menyemangati satu dengan yang lain. Tapi tidak semua orang mendapatkan hal yang demikian. Ada beberapa orang kurang beruntung yang harus dihadapkan dengan keluarga broken home.
Broken home. Sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang berarti kondisi keluarga yang hancur. Istilah ini biasanya disematkan pada keluarga yang mengalami perceraian: atau sesuatu yang akhirnya membuat keretakan besar dalam keluarga.
Tumbuh dari keluarga broken home agak berbeda dengan keluarga utuh. Pada praktiknya, tumbuh di keluarga broken home memungkinkan seorang anak dihadapkan pada kenyataan: bahwa keluarganya tidak harmonis.
Beberapa orang mungkin menutupi, atau paling tidak berpura-pura agar si anak tidak terlalu mendapat dampak dari kondisi keluarga yang seperti ini.
Sedang sisanya terlalu jujur. Pada akhirnya mereka bisa memberi dampak yang sangat besar: dampak yang tentu saja negatif pada si anak.
Namun demikian. Dampak ini tidak selamanya membuat anak tersebut terpuruk. Ada juga anak broken home yang akhirnya jadi orang sukses. Ini soal proses, perjuangan, dan bagaimana dia mendapat jalan untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Nah, ngomongin soal broken home, kami sudah merangkum beberapa referensi tentang karakter dan ciri dari korban broken home.
Tentu, ciri dan karakter ini tidak selama valid. Pada kondisi tertentu, ciri ini bahkan bisa menjadi kebalikan dari realita yang ada. Ini tergantung si anak, juga lingkungannya. Sebab pada akhirnya lingkungan bisa membuat karakter dan sifat anak berubah.
Baik, langsung saja. Untuk kalian yang penasaran dengan karakter dan ciri anak yang berasal dari keluarga broken home, berikut adalah penjelasannya.
1. Menarik diri dari lingkungan atau sebaliknya – Keluarga broken home
Anak yang berasal dari keluarga broken home cenderung menarik diri dari lingkungan. Walau begitu, ada juga anak yang menunjukkan dirinya pada lingkungan: seperti ingin menarik perhatian dari orang-orang.
Hal itu memang biasa terjadi. Dan itu jadi sesuatu yang umum. Mereka yang menarik diri biasanya takut. Takut diejek, takut ditanya tentang keluarganya, atau sejenisnya. Mereka cenderung menarik diri. Sembunyi dari kondisi yang ia alami.
Sedang pada kondisi yang lain, mereka akan jadi anak yang hyperaktif: selalu mencari perhatian.
Ini bisa berarti positif dan negatif. Pada sisi positif, anak broken home bisa saja meningkatkan kemampuan akademik. Mereka percaya bahwa dengan menjadi juara kelas, mereka bisa mendapatkan tempat di lingkungan yang baru. Sedang pada sisi yang lain, mereka cuma berusaha mencari perhatian tanpa memikirkan masalah yang timbul dikemudian hari. Tentu saja, pada sisi ini kami berbicara tentang kenalan yang bisa ditimbulkan oleh anak-anak broken home.
2. Sulit percaya – Keluarga broken home
Membangun kepercayaan adalah sesuatu yang sulit. Terlebih bila lingkungan kalian adalah lingkungan toxic: lingkungan yang kerap kali membohongi diri kalian dengan mudahnya.
Pun dengan keluarga broken home. Karena merasa sering dibohongi dan dikhianati: entah langsung atau karena omongon dari salah satu pihak orang tua, anak broken home cenderung sulit percaya.
Kondisi ini tentu bisa berubah. Tapi butuh waktu. Butuh keyakinan bahwa pada kenyataannya, setiap orang bisa untuk berkata dan berbuat jujur. Bukan sebaliknya.
3. Punya emosional yang tinggi – Keluarga broken home
Seorang anak broken home punya kecenderungan emosional yang lebih tinggi. Beberapa di antara mereka bahkan memiliki emosi yang meledak-ledak karena satu dan lain hal.
Anak dari broken home biasanya punya kepekaan yang lebih baik. Ia bisa menangkap segala sesuatu dan meluapkannya lewat emosi.
4. Sulit mengekspresikan diri – Tanda anak broken home
Kebalikan dari ciri di atas. Pada suatu kasus, seorang anak broken home kadang sulit mengekspresikan diri.
Kondisi ini disebabkan oleh kekangan orang tua untuk tidak terlalu jauh menunjukkan emosi (menangis). Mereka yang mendapat tekanan demikian lebih sering untuk diam dan tidak mengekspresikan perasaan.
Tentu. Ada beberapa orang yang berkebalikan dari ciri ini. Dan sekali lagi, ini tergantung bagaimana lingkungan membentuk dirinya.
5. Lebih punya simpati – Keluarga broken home
Seorang anak yang berasal dari broken home memiliki simpati dan empati yang lebih tinggi dibanding yang lain. Mereka punya kepekaan emosional yang lebih baik di antara anak-anak pada umumnya.
Ini karena pada kesehariannya, mereka selalu dihadapkan dengan situasi yang melibatkan emosi.
Pada kondisi tertentu, kepekaan ini akan membuat anak jadi pribadi yang lebih bijak. Mereka bahkan bisa menjadi seorang yang bisa memimpin orang lain.
6. Punya kekhawatiran yang lebih – Keluarga broken home
Seorang anak yang broken home cenderung punya tingkat kekhawatiran yang lebih. Mereka biasanya punya ketakutan saat sedang terancam atau mengalami suatu masalah. Kekhawatiran itu tumbuh saat si anak tidak mendapat dukungan.
Hal ini wajar. Pada anak biasa, mereka akan mendapat dukungan dari keluarga terdekat. Sementara dari anak broken home, mereka akan sulit mendapat dukungan.
7. Lebih posesif – Keluarga broken home
Pada kondisi tertentu, seorang anak broken home cenderung punya sifat yang posesif. Ini terjadi saat mereka masih anak-anak, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi di masa yang akan datang.
Namun demikian. Tidak semua anak broken home sifat yang demikian. Pada kondisi tertentu, mereka malah bisa memiliki sifat yang berkebalikan.
Baca juga:
- Kenali Berbagai Khasiat Buah Pala Untuk Kesehatan
- Resep Mudah Masak Pare Agar Tidak Pahit
- Resep Lontong Mie Kukus Enak dan Mudah Dibuat
- Simak 30 Jenis Tanaman Hias Untuk Dekorasi Rumah
Itulah tadi beberapa ciri dan/atau tanda anak broken home. Ciri di atas belum sepenuhnya valid. Karena sekali lagi, pada prosesnya, ciri dan tanda tersebut tergantung si anak.